Monday, 11 May 2015

Suara Sumbang Seorang Mahasiswa: "Bolehkah Mudah Memaafkan?"

Saya memang tidak ada latar belakang pendidikan politik ataupun hukum. Saya juga tidak tertarik amat dengan hal-hal berbau hukum, sosial dan politik. Tetapi bukan berarti saya pasif dan tidak ikut andil dalam dunia itu. Saya hanya tidak ingin ambil pusing. (wajar bukan?)

Pendidikan di Indonesia kacau balau, apalagi politiknya. Siapa yang harus disalahkan dari semua permasalahan ini? Kalau kita lihat di teve-teve pejabat atau masyarakat kebanyakan menyalahkan sistem, atau menyalahkan petinggi-petinggi negara, ada juga yang menyalahkan teknologi. Wong teknologi manusia juga yang ciptakan, kok disalah-salahin. Ada yang menyalahkan sistem. Ya saya agak setuju, kebanyakan sistem sok-sok berkhayal tinggi, padahal SDM-nya sendiri belum diperbaiki. Selain itu, moral, teladan dan karakter. Tiga hal itu menurut saya penting karena ketiganya sangat berkaitan.

Di Indonesia memang ada pelajaran yang mengajarkan hal tersebut, contohnya, PKn. PKn, Pendidikan Kewarganegaraan dimana sasarannya adalah menciptakan generasi-generasi muda yang berkarakter dan mengimplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara dan berkewarganegaraan. Nyatanya? Hasilnya kurang memuaskan.

Teladan. Ini juga hal yang sangat penting. Kita tahu masa kecil adalah masa yang paling penting dalam pembentukan karakter dan seperti apa anak tersebut ingin dibentuk berkaitan dengan masa meniru/imitasi. Bagaimana anak tersebut bisa tumbuh dengan baik, jika nyatanya teladan yang ditampilkan diteve-teve adalah pejabat tinggi korupsi, penyanyi dangdut buka-bukaan baju, atau pemain film yang memakai narkoba. ANEHNYA LAGI, kita memaafkan hal tersebut dengan mudah. Sadarkah kita bahwa terlalu cepat untuk kita memaafkan? Terlalu cepat untuk kita menganggap enteng suatu kesalahan sehingga tidak ada sanksi didalam diri masyarakat Indonesia untuk tidak berlaku jahat, karena toh semua nanti dimaafkan (alias nurani hilang).

Oke, jangan judge saya terlebih dahulu. Memang semua agama dan kepercayaan menganut hukum 'harus memaafkan.' Ya memang. Saya juga termasuk orang yang tidak suka memendam amarah terhadap orang lain. Tapi terkadang cepat memaafkan sehingga tidak memberi sanksi akan berakibat buruk bagi orang yang salah dan semua orang disekitarnya. Tidak ada efek jera yang dirasakan pelaku karena perbuatannya. SEHINGGA AKHIRNYA, banyak pelanggaran-pelanggaran yang sudah dianggap lazim dimasyarakat ini. Pemikiran inilah yang membuat Indonesia kita gak berubah-berubah.

Cuma itu suara sumbang dari saya yang gak penting-penting amat didengarkan. Saya cuma berbicara sesuai hak saya dan mohon dibenarkan jika ada yang salah. Selamat malam. Tuhan berkati :)